Jumat, 16 April 2021

Catatan Tugas Mandiriku bersama Ibu Serepina Tiur Maida

 Bagaimana Hubungan Antara Antropologi Sosial dan Sosiologi?

Hubungan antara Antropologi dan sosiologi pada satu sisi,

memperlihatkan bahwa sebagian para ahli tidak lagi membedakan kedua ilmu

tersebut secara ketat. Artinya beberapa fokus kajiannya dianggap sama

bahkan beberapa paradigma yang digunakan untuk melihat suatu fenomena

sosial pun dianggap tidak memiliki perbedaan. Kedua ilmu itu bisa saling

menukar atau saling melengkapi baik menyangkut paradigma ataupun

metode yang digunakan dalam mengungkap suatu fenomena sosial. Di pihak

ini, perbedaan antropologi dan sosiologi hanya terjadi pada sejarah berdirinya

masing-masing ilmu tersebut. Namun dalam perkembangan selanjutnya,

kedua ilmu itu dapat saling melengkapi bahkan melebur diri menjadi satu

ilmu. Pada universitas tertentu, antropologi dan sosiologi merupakan program

studi yang dikembangkan secara bersama-sama di bawah departemen antropologi-sosiologi atau 

sosiologi-antropologi. Benarkah antropologi dan

sosiologi sudah tidak dapat dibedakan lagi?

Ada pihak lain yang masih tetap mempertahankan adanya perbedaan

antara antropologi dan sosiologi. Secara historis, kemunculan kedua ilmu

tersebut adalah berbeda baik dari segi paradigma yang digunakan, metode

yang digunakan atau pun sasaran masyarakat yang menjadi obyek

penelitiannya. Di mana antropologi menekankan kajiannya pada masyarakat

tradisional di luar masyarakat Barat, sedangkan sosiologi lebih menekankan

pada masyarakat perkotaan yang pada saat itu ada pada masyarakat Barat

sendiri.

Dalam perkembangannya, menurut pihak ini, masih dapat dilihat adanya

perbedaan di antara kedua ilmu tersebut. Walaupun menurut penulis,

perbedaan ini lebih didasari oleh selera dalam menggunakan paradigma dan

metode yang digunakan. Sedangkan sasaran penelitiannya, sering kali tidak

dapat lagi dibedakan karena keduanya sama-sama memperhatikan fenomena

sosial di pedesaan (masyarakat tradisional) ataupun di perkotaan (masyarakat

industri).

Secara ringkas, ada perbedaan dan persamaan diantara keduanya

Persamaan: Antropologi sosial dan sosiologi berusahan untuk mencari unsur-unsur yang sana di antara beragam masyarakat dan kebudayaan manusia. Tujuannya adalah untuk mencapai pengertian tentang asas-asas hidup masyarakat dan kebudayaan manusia pada umumnya.

Perbedaan: masing-masing memiliki asal mula dan sejarah perkembangannya yang berbeda, asal mula dan sejarah yang berbeda menyebabkan adanya suatu perbedaan pengkhususan pada pokok dan bahan penelitian dari kedua penelitian tersebut, asal mula dan sejarah yang berbeda juga telah menyebabkan berkembangnya metode dan masalah yang khusus dari masing-masing ilmu.

HUBUNGAN ANTARA ANTROPOLOGI DAN ILMU-ILMU LAINNYA

Hubungan Antropologi dan Ilmu Politik

Perkembangan ilmu terus berlanjut, begitu pula dengan ilmu politik,

yang mulai banyak menaruh perhatian terhadap berbagai fenomena budaya

masyarakat yang terkait langsung atau tidak langsung. Keanggotaan partai

politik di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi budaya masyarakatnya.

Budaya masyarakat di Indonesia yang cenderung patrimonial sangat

berpengaruh pada sistem budaya politiknya. Untuk itu, untuk lebih dapat

memahami perilaku politik masyarakat di Indonesia, Anda perlu belajar

tentang kebudayaan masyarakat di Indonesia, yang terdiri dari bermacammacam

suku bangsa dan masing-masing suku bangsa tersebut memiliki

kebudayaannya yang khas. Untuk keperluan tersebut, antropologi

mempunyai peran dalam kaitannya dengan kajian ilmu politik, karena

mampu mengungkap kebudayaan suatu masyarakat yang akan menjadi

tempat bagi perilaku politik.


Hubungan Antropologi dan Ilmu Ekonomi

Ilmu Ekonomi yang mengkaji fenomena ekonomi modern lebih didasari

oleh pemikiran-pemikiran Barat atau Ero-Eropa. Persoalannya adalah

bilamana pemikiran-pemikiran ekonomi diterapkan pada setiap masyarakat

terutama masyarakat yang masih sederhana atau negara terutama negaranegara

berkembang tidak selamanya akan sesuai karena dilatarbelakangi oleh

faktor cara pandang yang berbeda pada kehidupan ekonominya. Perhitungan

ekonomi modern tidak selamanya dapat diterapkan pada sistem ekonomi

masyarakat non Barat. Keragaman budaya pada setiap masyarakat atau suku

bangsa memperlihatkan pula adanya keragaman dalam strategi kehidupan

ekonominya. Keragaman pada sistem ekonomi dapat dilihat pada sistem

produksi apakah bercocok tanam sebagai petani, nelayan, peternakan, dan

sebagainya. Begitu pula keragaman ini dapat dilihat pada sistem tukar

menukar atau sistem jual beli barang.

Pada kondisi seperti di atas, antropologi sangat diharapkan perannya

untuk dapat menjembatani pemikiran ekonomi modern dan pemikiran

ekonomi lokal. Pembangunan ekonomi masyarakat di negara-negara

berkembang tidak akan berjalan dengan baik bilamana tanpa diikuti oleh

pertimbangan aspek budaya lokal terutama yang terkait dengan pola pikir

kehidupan ekonominya. Terdapat perbedaan pandangan, anggapan,

pengetahuan, persepsi pada masyarakat industri dengan masyarakat

nonindustri seperti pertanian. Oleh karena itu perlu kehati-hatian para

perencana pembangunan yang mencoba mengadopsi pemikiran atau

teknologi yang datang dari masyarakat industri (negara-negara Barat) bagi

kepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat nonindustri.


Hubungan Antropologi dan Ilmu Administrasi

Pentingnya antropologi bagi Ilmu Administrasi adalah terkait dengan

kebutuhan Ilmu Administrasi untuk memecahkan persoalan-persoalan

administrasi pemerintahan. Kondisi sistem administrasi pemerintahan yang

dianggap masih kurang baik oleh sebagian pihak, seperti masalah pemilikan

tanah, membutuhkan pemecahan bukan saja dari pihak pegawai atau para

admonistartur tetapi juga karena aspek yang bersumber pada latar belakang sosial budaya masyarakat yang belum menganggap penting masalah

administrasi.


Hubungan Antropologi dan Arkeologi serta Ilmu Sejarah

Pada dasarnya arkeologi bertujuan menyingkap sejarah kebudayaan

manusia dari mulai kebudayaan kuno pada jaman purba seperti kebudayaan

Mesopotamia dan kebudayaan Mesir Kuno. Di Indonesia, Arkeologi

memfokuskan perhatiannya kepada kebudayaan di Indonesia pada masa

Hindu yang hidup sekitar abad ke 4 hingga abad ke 16. Hasil penelitian

arkeologi terhadap bahan bekas reruntuhan atau alat-alat peninggalan

kerajaan Hindu di Indonesia adalah sebuah deskripsi sejarah manusia yang

kemudian dapat digunakan oleh antropologi sebagai bahan untuk

merekonstruksi sejarah asal-mula makhluk manusia. Dilihat dari batasan

kajiannya, antropologi terlihat lebih luas karena tidak hanya memfokuskan

pada benda-benda peninggalan (artifak) saja, melainkan juga pada sistem ide

(gagasan dan sistem tingkah laku).

Kesulitan di dalam merekonstruksi kembali kehidupan dan persebaran

kebudayaan, antropologi dan ilmu sejarah saling bertukar metode dan teori

untuk lebih dapat memahami masyarakat pada umumnya. Begitu pula

penggambaran tentang hasil penelitian keduanya bisa saling melengkapi

sesuai bagi tujuan tertentu.

Hubungan Antropologi dengan Ilmu Geologi

Ilmu geologi memiliki peran yang cukup penting didalam antropologi, Karena fungsi

 dari ilmu geologi yang mempelajari tentang ciri-ciri bumi dan perubahannya ini sangat

 berpengaruh dalam sub bab antropologi yaitu paleoantropologi dan prehistori.


Hubungan Antropologi dengan Paleontologi

Ilmu paleontologi dalam antropologi berperan sebagai ilmu yang meneliti fosil makhluk-

makhluk dahulu kala untuk membuat suatu rekontruksi tentang proses evolusi bentuk-bentuk

 makhluk dari dahulu kala hingga sekarang.


Hubungan Antropologi dengan Anatomi

Ilmu antropologi juga memiliki keterkaitan dengan ilmu anatomi. Khususnya

 cabang antropologi yaitu antropologi fisik yang mengkaji tentang fisik manusia serta

 meneliti ciri-ciri dari berbagai macam ras yang ada didunia.


Hubungan Antropologi dengan Kesehatan Masyarakat

Peran Antropologi bagi Kesehatan yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui
 pemahaman yang lebih luas tentang hubungan antara gejala bio-sosio-budaya
 dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan
 meningkatkan kesehatan yang lebih baik.

Hubungan Antropologi dan Linguistik
Antropolinguistik adalah ilmu yang menggabungkan antara antropologi (ilmu kebudayaan)
 dengan linguistic dalam cabang linguistik ilmu ini mempelajari fariasi dan penggunaan
 bahasa dalam hubungannya dengan perkembangan waktu, perbedaan tempat komunikasi,
 sistem kekerabatan, pengaruh kebiasaan etnik, kepercayaan, adat.

Hubungan Antropologi dan Arkeologi 
Arkeologi merupakan ilmu yang mempelajari manusia dan peradabannya di masa lalu.
 Sedangkan Antropologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari manusia dari segi budaya
 kontemporer dan asal usul atau historisnya sehingga ilmu arkeologi berperan besar dalam
 kemajuan antropologi.

Hubungan Antropologi dan Sejarah
Antropologi dan Ilmu Sejarah sangat berkaitan satu sama lain. Antropologi menyumbangkan
 banyak teori untuk ilmu sejarah terutama pada konsep mengenai simbol, sistem
 kepercayaan, folklore, tradisi besar, tradisi kecil, enkulturasi, inkulturasi, primitif, dan agraris.

METODE ILMIAH DARI ANTROPOLOGI
Metode ilmiah dari antropologi adalah Semua cara yang dapat digunakan untuk mencapai
 suatu kesatuan pengatahuan. Kesatuan pengetahuan itu dapat dicapai melalui tiga tingkat,
 yaitu pengumpulan fakta, penemuan ciri-ciri umum dan sistem, serta verivikasi.

1. metode ilmiah dan pengumpulan fakta
untuk antropologi-budaya, tingkat ini adalah pengumpulan fakta mengenai kejadian dan gejala masyarakat dan kebudayaan untuk pengolahan secara ilmiah. dalam kenyataan, aktivitas pengumpulan fakta disini terdiri dari berbagai metode mengobservasi, mencatat, mengolah, dan mendeskripsikan fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat yang hidup.
pada umumnya, metode metode pengumpulan fakta dalam ilmu pengetahuan dapat digolongkan ke dalam tiga golongan dan masing masing mempunyai perbedaan pokok, yaitu :
a. penelitian di lapangan (field work)
peneliti harus menunggu terjadinya gejala yang menjadi objek observasinya itu. peneliti harus masuk ke dalam objeknya, harus memperhatikan hubungan antara objek dan dirinya sendiri.
b. penelitian di laboratorium
gejala yang akan menjadi objek observasi dapat dibuat dan sengaja diadakan oleh peneliti. peneliti berada tetap di luar objeknya, tidak ada hubungan dengan objek yang ditelitinya.
c penelitian dalam perpustakaan
gejala yang akan menjadi objek penelitian harus dicari dari beratus ratus ribu buku yang beraneka ragam. peneliti berada tetap di luar objeknya, tidak ada hubungan dengan objek yang ditelitinya.

untuk itu antropologi-budaya penelitian lapangan merupakan cara yang terpenting untuk mengumpulkan fakta-faktanya : selain itu penelitan diperpustakaan juga penting. sedangkan metode metode penelitian di laboratium (yang merupakan metode pengumpulan fakta yang utama dalam ilmu ilmu alam dan teknologi), hampir tidak berarti.

dalam penelitian di lapangan, peneliti datang sendiri dan bergabung dalam suatu masyarakat untuk mendapatkan keterangan tentang gejala kehidupan dalam masyarakat, dan menggunakan metode metode pengumpulan fakta yang bersifat kualitatif terutama metode wawancara dan catatan hasil (field note).
field note kemudian harus diolah menjadi suatu karangan deskripsi. hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat abstraksi dari bahan yang ada dalam bentuk pernyataan pernyataan.

seluruh metode yang digunakan, mulai dari metode pengumpulan bahan konkret tentang suatu masyarakat yang hidup, sampai pada metode untuk mengolah bahan jadi menjadi karangan yang dapat dibaca orang lain, merupakan bidang deskriptif dari ilmu antropologi yang disebut etnografi.

2. penentuan ciri ciri umum dan sistem
hal ini adalah tingkat dalam cara berpikir ilmiah yang bertujuan untuk menentukan ciri ciri umum dan sistem dalam himpunan fakta yang dikumpulkan dalam suatu penelitian. proses berpikir di sini berjalan secara induktif ; dari pengetahuan tentang peristiwa dan fakta fakta khusus ke konkret, ke arah konsep konsep mengenai ciri ciri umum yang lebih abstrak.
ilmu antropologi yang bekerja dengan bahan berupa fakta berasal dari sebanyak mungkin macam masyarakat dan kebudayaan diseluruh dunia, untuk mencari ciri ciri umum diantara beragam fakta masyarakat tersebut digunakan berbagai metode perbandingan (komperatif). metode komperatif biasanya dimulai dengan metode klasifikasi. dalam menghadapi suatu objek penelitan yang beraneka ragam bentuknya, terlebih dahulu peneliti harus memperkecil jumlah keragaman tadi sehingga tersisa hanya beberapa perbedaan pokok.

3. verifikasi
metode untuk verifikasi atau pengujian terdiri dari cara menguji rumusan kaidah kaidah atau mempeerkuat pengertian yang telah dicapai, dilakukan dalam kenyataan kenyataan alam atau masyarakat yang masih hidup.

disini proses berfikir secara deduktif, yaitu dari perumusan perumusan umum kembali ke arah fakta fakta yang khusus. ilmu antropologi yang lebih banyak mempergunakan metode metode kualitatif. dengan menggunakan metode kualitatif, ilmu antrpologi mencoba memperkuat pengertian itu dalam kenyataan, yaitu pada beberapa bagian masyarakat yang khusus dan mendalam.
lawan dari meotde metode kualitatif adalah kuantitatif. pada metode kuantitiatif sering digunakan cara cara untuk mengolah fakta sosial dalam jumlah yang besar, dan metode itu disebut statistik. metode statistik dulu memang kurang dipergunakan dalam ilmu antropologi, sementara sekarang mulai menjadi suatu metode analisis yang sangat penting dalam ilmu ini.

ciri khas metode antrpologi
- pendekatan masalah secara holistik (mendekati kebudayaan sebagai satu kesatuan yang terintegrasi)
- pendekatan masalah secara mikro- cultural context (berfokus pada masalah kebudayaan)
- pendekatan masalah dengan metode komparatif (membandingkan keragaman kebudayaan untuk bisa menghasilkan hukum yang umum atau keteratuan keteraturan)

metode pendekatan antrpologi
cara pandang pendekatan EMIC dengan metode KUALILATIF , untuk:
- memahami kompleksitas, kedalam dan proses
- studi dalam situasi alamiah
- cara berpikir induktif
- perspektif holistik
- perspektif perkembangan, dinamis
- orientasi kasus yang unik
- cara memperoleh data ---> netral - emparatis
- ada fleksibilitas desain penelitian
- peneliti jadi instrumen kunci




Kamis, 15 April 2021

Catatan Antropologi Atika bersama Ibu Serepina Tiur Maida Pert. 2

 

BRAIN STORMING KONSEP ANTROPOLOGI










FASE PERKEMBANGAN ANTROPOLOGI, PERBEDAAN ISTILAH DAN CABANG ANTROPOLOGI


Sebagai sebuah ilmu, antropologi mengalami sejarah perkembangan yang terdiri dari empat fase, yaitu: 

1. Fase Pertama (sebelum tahun 1800) Sejak akhir abad ke-15 dan awal abad 16, pada fase ini orang Eropa mulai mengelilingi wilayah dikawasan benua Asia, Afrika, Amerika hingga Australia. Negara-negara Eropa Barat yang terdiri dari para musafir, pelaut, pendeta dan kaum nasrani selama berjelajah mengelilingi dunia mereka banyak menemukan hal-hal baru yang menurut mereka berbeda bangsa Eropa. Hal tersebut mendorong mereka untuk mencatat dalam buku hingga terdapat kumpulan buku yang berupa himpunan besar dari bahan pengetahuan berupa deskripsi tentang keanekaragaman suku bangsa pribumi Afrika, Asia, dan Amerika baik dari adat istiadat, susunan masyarakat, maupun bahasa dan ciriciri fisik. Hal itu menimbulkan ketertarikan bangsa Eropa, karena semua itu sangat berbeda dengan keadaan bangsa Eropa. Bahan pengetahuan itu disebut bahan Etnografi, yaitu deskripsi tentang bangsa-bangsa. 

2. Fase Kedua (Pertengahan abad ke-19) Pertengahan abad 19, mulai ada usaha untuk mengintegrasikan bahanbahan etnografi untuk disusun menjadi sebuah karangan-karangan. Penyusunan bahan Etnografi tersebut bardasarkan cara berfikir evolusi masyarakat, yaitu perkembangan masyarakat dan kebudayaan sangatlah lambat. Di mulai dari tingkat terendah melalui beberapa proses, yang akhirnya sampai di tingkat tertinggi. Masyarakat yang masih ada di tingkat rendah dari kebudayaan manusia zaman dahulu, mereka adalah salah satu contoh masyarakat primitif, sedangkan untuk masyarakat yang ada di tingkat tinggi adalah bangsa Eropa sendiri. Sekitar tahun 1860 muncul karangan yang mengklasifikasikan aneka kebudayaan di dunia ke dalam tingkat evolusi tertentu. Maka muncullah ilmu antropologi. Dengan meneliti bangsa-bangsa di luar Eropa, diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang sejarah penyebaran kebudayaan manusia di dunia. Antropologi merupakan ilmu yang tidak mempunyai tujuan secara langsung bersifat praktis dan hanya dilakukan di kalangan sarjana universitas. Tujuan antropologi pada fase kedua ini adalah akademis, yaitu mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia. 

3. Fase Ketiga (Awal abad ke-20) Dalam fase ketiga ini, ilmu antropologi menjadi ilmu yang praktis, yang bertujuan mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Eropa guna kepentingan pemerintah kolonial dan guna mendapat pengertian tentang masyarakat masa kini yang semakin kompleks. Dalam hal ini, ilmu antropologi sangat penting karena menyangkut juga tentang pentingnya dalam mempelajari kebudayaan bangsa-bangsa di luar Eropa, yang masih mempunyai masyarakat yang belum kompleks. Ilmu antropologi berkembang di negara-negara penjajah, terutama Inggris, bahkan berkembang juga di negara Amerika Serikat, yang bukan merupakan negara kolonial. 

4. Fase Keempat (Setelah tahun 1930-an) Pada fase ini ilmu antropologi mengalami masa perkembangannya yang paling luas atau semakin pesat. Hal ini termasuk dengan bertambahnya bahan pengetahuan yang jauh lebih teliti, maupun mengenai ketajaman dari metodemetode ilmiahnya. Kecuali itu kita lihat adanya dua perubahan di dunia, yaitu timbulnya anti pati terhadap kolonialisme terhadap perang dunia II, serta cepat hilangnya bangsa-bangsa primitif (dalam arti bangsa-bangsa asli dan terpencil dari pengaruh kebudayaan Eropa dan Amerika) yang sekitar tahun 1930 mulai hilang, dan sesudah perang dunia II memang hampir tak adalagi di muka bumi. Proses tersebut menyebabkan seolah-olah lapangan dalam ilmu antropologi telah hilang, sehingga memunculkan sebuah dorongan untuk memunculkan ide untuk mengembangkan lapangan penelitian dengan ide dan tujuan baru. Adapun bahan-bahan etnografi yang terdapat dalam fase pertama, kedua maupun yang ketiga tidak dihilangkan begitu saja melainkan dijadikan sebagai landasan bagi perkembangannya yang baru. Pada fase keempat ini antropologi memiliki dua tujuan utama, yaitu tujuan akademis untuk mencapai pemahaman tentang manusia berdasarkan bentuk fisiknya, masyarakatnya, maupun kebudayaannya. Tujuan praktis untuk mempelajari manusia dalam berbagai masyarakat suku bangsa guna membangun suku bangsa tersebut.







Kamis, 08 April 2021

Catatan Antropologi Atika bersama Ibu Serepina Tiur Maida Pert. 1

 

PENGERTIAN ANTROPOLOGI

    Antropologi adalah studi tentang orang-orang di seluruh dunia, sejarah evolusi manusia, perilaku, bagaimana manusia beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda, berkomunikasi dan bersosialiasi satu sama lain. Antropologi berasal dari bahasa Yunani anthropos yang berarti manusia dan logos yang berarti wacana (bernalar, berakal) atau disebut ilmu. Secara etimologis, antropologi berarti ilmu yang mempelajari manusia. 

    Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial, antropologi memiliki dua sisi holistik dimana ia meneliti manusia pada tiap waktu dan dimensikemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal.


MENURUT PARA AHLI

1. Koentjaraningrat

            Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna-warna, bentuk fisik suatu masyarakat serta kebudayaan-kebudayaan yang dihasilkan. Dari definisi-definisi tersebut dapat disusun pengertian sederhana antropologi, yaitu ilmu yang mempelajari umat manusia dari segi keanekaragaman fisik dan kebudayaan  yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
Menurut Koentjaraningrat, Antropologi memperhatikan lima masalah mengenai makhluk manusia yaitu :
  • Masalah sejarah terjadinya dan perkembangan manusia sebagai mahluk biologis.
  • Masalah sejarah terjadinya aneka warna mahluk manusia yang dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya.
  • Masalah persebaran dan terjadinya aneka warna bahasa yang diucapkan oleh manusia diseluruh dunia.
  • Masalah perkembangan, persebaran dan terjadinya aneka warna dari kebudayaan manusia diseluruh dunia.
  • Masalah dasar-dasar dan aneka warna kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat-masyarakat dan suku-suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi zaman sekarang ini.

2. William A. Havilland.

          Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilaku manusia serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.

3. David Hunter

          Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia.

RUANG LINGKUP ANTROPOLOGI

Antropologi Fisik
mempelajari manusia sebagai organisme biologis yang melacak perkembangan manusia menurut evolusinya dan menyelidiki variasi biologisnya dalam berbagai jenis spesies

Antropologi Budaya
memfokuskan perhatiannya pada kebudayaan manusia ataupun cara hidupnya dalam masyarakat.

Cabang-cabang antropologi budaya
- Arkeologi
merupakan cabang Antrpologi Budaya yang mempelajari benda-benda peninggalan purbakala dengan maksud untuk menggambarkan serta menerangkan perilaku manusia karena dalam peninggalan=peninggalan purbakala itulah terpantul ekspresi dari suatu kebudayaan
- Antropologi Linguistik
- Etnologi

Pert9_Kuliah Kreativitas bersama Ibu Serepina

 Manajemen dan Pemasaran event Event adalah Suatu kegiatan yang diselenggarakan untukmemperingati hal hal penting sepanjang hidup manusia ba...