Sabtu, 17 Juli 2021

KUPAS TAJAM KEBUDAYAAN SENDIRI


Koentjaraningrat membagi kebudayaan menjadi unsur-unsur yang terdiri dari sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian, serta sistem teknologi dan peralatan. Semua sistem yang terkandung dalam budaya tersebut berada dalam kehidupan seluruh lapisan masyarakat, baik masyarakat primitif maupun masyarakat modern. Adapun topik yang diangkat pada tulisan kali ini adalah kupas tuntas mengenai kebudayaan Jawa.


Isi

a.      Ras, Bahasa, dan Kebudayaan

Menurut Koentjaraningrat ras merupakan golongan manusia yang menunjukkan berbagai ciri tubuh tertentu dengan suatu frekuensi yang besar. Umumnya, ras manusia dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, yaitu ras Negroid, Mongoloid, Kaukasoid, Australoid, dan Khoisan. Sementara itu, ras Indonesia terdiri dari empat jenis, salah satunya adalah Malayan-Mongoloid. Masyarakat Jawa didominasi oleh Ras Melayu-Mongoloid dengan ciri-ciri kulit sawo matang kekuning-kuningan, rambut hitam lurus, tubuh kecil dan tinggi badan 1,60 m- 1,75 m.

 

Kita tahu bahwa Paulau Jawa merupakan salah satu bukti keberadaan kerajaan-kerajaan Hindu-Budha-Islam yang pernah berjaya pada masanya, sehingga bahasa Jawa banyak menggunakan kata serapan yang berasal dari bahasa Sansekerta. Kemudian bahasa Jawa mengenal adanya dialek di beberapa wilayah kebudayaan Jawa, seperti dialek Solo-Yogya, Banyumasan, Surabayaan/Jawa Timuran, Pesisiran, dan lain-lain.

 

Bahasa Jawa mengenal tingkatan yang berurutan seperti ngoko, krama, dan krama inggil, tingkatan tersebut untuk menggambarkan tingkatan kesopanan berbahasa. Krama Inggil merupakan tingkat yang paling sopan dan digunakan kepada orang yang lebih tua ataupun semua usia. Namun, untuk orang yang lebih tua sebaiknya menggunakan krama inggil.

 

Budaya Jawa merupakan hasil cipta, karya, karsa dari masyarakat Jawa. Suryanto menjelaskan sebagaimana dikutip oleh Dr. M. Dimyati Huda bahwa budaya Jawa memiliki karakteristik yakni religius, non-doktriner, toleran, akomodatif, dan oplimatik. Karakteristik seperti ini melahirkan corak, sifat, dan kecenderungan yang khas bagi masyarakat Jawa seperti

berikut :

1) percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sangkan Paraning Dumadi, dengan segala sifat dan kebesaran-Nya;

2) bercorak idealistis, percaya kepada sesuatu yang bersifat immateriil (bukan kebendaan) dan hal-hal yang bersifat adikodrati (supernatural) serta cenderung kearah mistik;

3) lebih mengutamakan hakikat dari pada segi-segi formal dan ritual;

4) mengutamakan cinta kasih sebagai landasan pokok hubungan antar manusia;

5) percaya kepada takdir dan cenderung bersikap pasrah;

6) bersifat konvergen dan universal;

7) momot dan non-sektarian;

8) cenderung pada simbolisme;

8) cenderung pada gotong-royong, guyub, rukun, dan damai; dan

10) kurang kompetitif dan kurang mengutamakan materi.

 

 

b.      Sistem Mata Pencaharian

Mata Pencaharian masyarakat Jawa sejak jaman dahulu didominasi pada bidang perikanan yaitu sebagai nelayan atau pelaut dan bidang bercocok tanam/pertanian sebagai petani. Hal tersebut menyesuakan dengan lokasi atau tempat tingal masyarakat itu sendiri yang secara umum dibagi menjadi dua yaitu masyarakat pesisir dan masyarakat pedalaman.

Relief pada dinding candi yang menggambarkan mata pencaharian masyarakat Jawa Kuno sebagai petani. Sumber: https://tapak.id/sejarah-pertanian-indonesia-yang-wajib-kamu-tahu/

c.       Organisasi Sosial

Sistem kekerabatan orang jawa menggunakan trah yang terbagi menjadi 7 grat secara berurutan yaitu anak, putu, buyut, canggah, wareng, udheg-udheg, gantung siwur.

 

Sistem Patriarkhi berpengaruh dalam pembagian warisan dengan sistem sepikul segendhongan juga adanya pola pewarisan harta warisan secara lisan yang disebut setat.

 

d.      Sistem Pengetahuan

Adapun sistem pengetahuan Masyarakat Jawa yang merupakan keahlian sejak jaman dulu oleh nenek moyang adalah sebagai berikut:

-          Penanggalan

-          Petung Pasatohan (salaki Rabi)

digunakan untuk pernikahan, yaitu tanggal baik untuk menikah ataupun untuk perhitungan weton jodoh menurut tanggal kelahiran pasangan. Masyarakat Jawa masih percaya bahwa sifat/karakter seseorang juga dipengaruhi oleh wetonnya (tanggal lahir) sehingga dalam memilih pasangan sebaiknya mengikuti weton agar bisa menjalani kehidupan bahtera rumah tangga dengan baik.

-          Pranatamangsa (Perhitungan Musim)

Perhitungan musim digunakan untuk menentukan kapan harus menanam, memanen, ataupun mencari ikan.

-          Polintangan (Astronomi Jawa)

-          Perhitungan Tata Letak atau fengshui Jawa

Biasanya digunakan untuk menentukan posisi rumah yang baik.

-          Sengkalan sebagai penanda angka tahun

 

e.       Sistem Religi

Masyarakat Jawa mayoritas beragama Islam, agama Islam datang ke Indonesia dan khususnya pulau Jawa membawa perubahan yang sangat besar dalam pandangan manusia terhadap hidup dan dunianya. Dari proses Islamisasi di Jawa, maka dapat diketahui dasar-dasar budaya Jawa tentang Islam, yaitu diantaranya tentang wihdatul wujud di mana adanya pemahaman bahwa manusia dapat bersatu dengan Tuhannya. Dalam ajaran budaya Jawa, hal ini termasuk ke dalam paham Manunggaling Kawulo Gusti yakni paham di mana manusia sebagai hamba berusaha agar sikap, perilaku, dan perkataannya sesuai dengan tuntutan tuhan, bukannya manusia bersatu dengan tuhan. Dalam Islam sendiri, hal tersebut masuk ke dalam mistik Islam (tasawuf). Selain itu, masyarakat Jawa  mempunyai kepercayaan bahwasannya budaya Jawa memiliki dua bagian yakni budaya lahir dan budaya batin.


Koentjaraningrat juga menyebutkan bahwa kebanyakan dari orang Jawa percaya bahwa hidup manusia di dunia ini sudah diatur alam semesta, sehingga tidak sedikit dari mereka yang bersikap nerima, yaitu menyerahkan diri kepada takdir. Inti pandangan alam pikiran mereka tentang kosmos tersebut, baik diri sendiri, kehidupan sendiri, maupun pikiran sendiri, telah tercakup di dalam totalitas alam semesta atas kosmos tadi. Inilah sebabnya manusia hidup tidak terlepas dengan lain-lainnya yang ada di alam jagad. Jadi apabila lain hal yang ada itu mengalami kesukaran, maka manusia akan menderita juga.

 

f.        Kesenian

Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang. Cerita wayang atau lakon sebagian besar berdasarkan wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Selain pengaruh India, pengaruh Islam dan Dunia Barat ada pula. Seni batik dan keris merupakan dua bentuk ekspresi masyarakat Jawa. Musik gamelan yang juga dijumpai di Bali memegang peranan penting dalam kehidupan budaya dan tradisi Jawa.


Sumber: https://1001indonesia.net/wayang-kulit-purwa/

Penutup

            Dengan mengenali budaya sendiri maka akan semakin meningkatkan rasa cinta dan menjaga budaya agar tetap lestari, selain itu juga sebagai wujud dari cinta tanah air.

 

Referensi:

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Link video : https://www.youtube.com/watch?v=zpa7ckMoifI

Jumat, 02 Juli 2021

Catatan Antropologi Atika bersama Ibu Serepina Tiur Maida Pert. 10

 KULIAH ANTROPOLOGI PERTEMUAN KE 10

Gak kerasa kuliah semester 2 sudah memasuki minggu ke 10, kami ditugaskan oleh Ibu Serepina selaku dosen antropologi kami untuk diskusi kelompok mengenai kebudayaan.

pada pertemuan ke 10 giliran rekan kami Michael, Taran, Ida, Efron, Nanda, dan Evi yang dimoderatori oleh Panji untuk memaparkan tentang Unsur-Unsur dan Integrasi Kebudayaan.

Ada 7 Unsur Kebudayaan Universal dalam Masyarakat
1. Bahasa
2. Pengetahuan
3. Organisasi Sosial
4. Peralatan Hidup dan Teknologi
5. Ekonomi atau Mata Pencaharian
6. Keagamaan
Pengetahuan bukanlah unsur yang memiliki kedudukan tertinggi dalam hal kebudayaan, melainkan cipta, rasa, yang berlandaskan religi dan sosial.

Integrasi Kebudayaan

Integrasi kebudayaan adalah satu proses dimana adanya penyesuaian antara beberapa jenis kebudayaan yang berbeda sehingga dapat mencapai suatu kesesuaian dan keharmonisan yang berfungsi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Integrasi kebudayaan ini juga termasuk bentuk pertukaran kebudayaan dimana kelompok-kelompok yang berbeda mulai beradaptasi di lingkungan yang memiliki kebudayaa, kepercayaan, cara perilaku dan adat yang berbeda tanpa mengorbankan identitas karakter kebudayaan mereka sendiri.

Definisi dari integrasi kebudayaan ini sangat jelas namun aplikasi dan implementasi dalam dunia nyata sangat kompleks dan sulit. Kebanyakan perang yang telah kita ketahui disebabkan adanya gesekan antara dua kebudayaan yang berbeda. Pada pernikahan, perceraian bisa terjadi karena dua individu memiliki norma-norma dan nilai yang berbeda. Hal ini juga terjadi dalam proses bisnis, 2/3 dari proses merger dan akuisisi gagal mendapatkan tujuannya karena adanya gesekan kebudayaan. Konflik-konflik yang terjadi akibat pergesekan dua kebudayaan yang berbeda ini dapat disebabkan karena kurangnya “cultural awareness” dan juga pemahaman mengenai integrasi kebudayaan.




Sampai jumpa di pekan berikutnya...................

Pert9_Kuliah Kreativitas bersama Ibu Serepina

 Manajemen dan Pemasaran event Event adalah Suatu kegiatan yang diselenggarakan untukmemperingati hal hal penting sepanjang hidup manusia ba...