Koentjaraningrat membagi kebudayaan menjadi unsur-unsur yang terdiri dari sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian, serta sistem teknologi dan peralatan. Semua sistem yang terkandung dalam budaya tersebut berada dalam kehidupan seluruh lapisan masyarakat, baik masyarakat primitif maupun masyarakat modern. Adapun topik yang diangkat pada tulisan kali ini adalah kupas tuntas mengenai kebudayaan Jawa.
Isi
a.
Ras,
Bahasa, dan Kebudayaan
Menurut
Koentjaraningrat ras merupakan golongan manusia yang menunjukkan berbagai ciri
tubuh tertentu dengan suatu frekuensi yang besar. Umumnya, ras manusia dapat
dikategorikan menjadi beberapa jenis, yaitu ras Negroid, Mongoloid, Kaukasoid,
Australoid, dan Khoisan. Sementara itu, ras Indonesia terdiri dari empat jenis,
salah satunya adalah Malayan-Mongoloid. Masyarakat Jawa didominasi oleh Ras Melayu-Mongoloid
dengan ciri-ciri kulit sawo matang kekuning-kuningan, rambut hitam lurus, tubuh
kecil dan tinggi badan 1,60 m- 1,75 m.
Kita
tahu bahwa Paulau Jawa merupakan salah satu bukti keberadaan kerajaan-kerajaan
Hindu-Budha-Islam yang pernah berjaya pada masanya, sehingga bahasa Jawa banyak
menggunakan kata serapan yang berasal dari bahasa Sansekerta. Kemudian bahasa
Jawa mengenal adanya dialek di beberapa wilayah kebudayaan Jawa, seperti dialek
Solo-Yogya, Banyumasan, Surabayaan/Jawa Timuran, Pesisiran, dan lain-lain.
Bahasa
Jawa mengenal tingkatan yang berurutan seperti ngoko, krama, dan krama inggil,
tingkatan tersebut untuk menggambarkan tingkatan kesopanan berbahasa. Krama
Inggil merupakan tingkat yang paling sopan dan digunakan kepada orang yang
lebih tua ataupun semua usia. Namun, untuk orang yang lebih tua sebaiknya
menggunakan krama inggil.
Budaya
Jawa merupakan hasil cipta, karya, karsa dari masyarakat Jawa. Suryanto
menjelaskan sebagaimana dikutip oleh Dr. M. Dimyati Huda bahwa budaya Jawa memiliki
karakteristik yakni religius, non-doktriner, toleran, akomodatif, dan
oplimatik. Karakteristik seperti ini melahirkan corak, sifat, dan kecenderungan
yang khas bagi masyarakat Jawa seperti
berikut
:
1)
percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sangkan Paraning Dumadi, dengan
segala sifat dan kebesaran-Nya;
2)
bercorak idealistis, percaya kepada sesuatu yang bersifat immateriil (bukan
kebendaan) dan hal-hal yang bersifat adikodrati (supernatural) serta cenderung
kearah mistik;
3)
lebih mengutamakan hakikat dari pada segi-segi formal dan ritual;
4)
mengutamakan cinta kasih sebagai landasan pokok hubungan antar manusia;
5)
percaya kepada takdir dan cenderung bersikap pasrah;
6)
bersifat konvergen dan universal;
7)
momot dan non-sektarian;
8)
cenderung pada simbolisme;
8)
cenderung pada gotong-royong, guyub, rukun, dan damai; dan
10)
kurang kompetitif dan kurang mengutamakan materi.
b.
Sistem
Mata Pencaharian
Mata Pencaharian masyarakat Jawa sejak jaman dahulu didominasi pada bidang perikanan yaitu sebagai nelayan atau pelaut dan bidang bercocok tanam/pertanian sebagai petani. Hal tersebut menyesuakan dengan lokasi atau tempat tingal masyarakat itu sendiri yang secara umum dibagi menjadi dua yaitu masyarakat pesisir dan masyarakat pedalaman.
Relief pada dinding candi yang menggambarkan mata
pencaharian masyarakat Jawa Kuno sebagai petani. Sumber: https://tapak.id/sejarah-pertanian-indonesia-yang-wajib-kamu-tahu/
c.
Organisasi
Sosial
Sistem
kekerabatan orang jawa menggunakan trah yang terbagi menjadi 7 grat secara
berurutan yaitu anak, putu, buyut, canggah, wareng, udheg-udheg, gantung siwur.
Sistem
Patriarkhi berpengaruh dalam pembagian warisan dengan sistem sepikul segendhongan
juga adanya pola pewarisan harta warisan secara lisan yang disebut setat.
d.
Sistem
Pengetahuan
Adapun
sistem pengetahuan Masyarakat Jawa yang merupakan keahlian sejak jaman dulu oleh
nenek moyang adalah sebagai berikut:
-
Penanggalan
-
Petung Pasatohan (salaki Rabi)
digunakan untuk pernikahan,
yaitu tanggal baik untuk menikah ataupun untuk perhitungan weton jodoh menurut
tanggal kelahiran pasangan. Masyarakat Jawa masih percaya bahwa sifat/karakter
seseorang juga dipengaruhi oleh wetonnya (tanggal lahir) sehingga dalam memilih
pasangan sebaiknya mengikuti weton agar bisa menjalani kehidupan bahtera rumah
tangga dengan baik.
-
Pranatamangsa (Perhitungan Musim)
Perhitungan musim
digunakan untuk menentukan kapan harus menanam, memanen, ataupun mencari ikan.
-
Polintangan (Astronomi Jawa)
-
Perhitungan Tata Letak atau fengshui Jawa
Biasanya digunakan untuk
menentukan posisi rumah yang baik.
-
Sengkalan sebagai penanda angka tahun
e.
Sistem
Religi
Masyarakat
Jawa mayoritas beragama Islam, agama Islam datang ke Indonesia dan khususnya
pulau Jawa membawa perubahan yang sangat besar dalam pandangan manusia terhadap
hidup dan dunianya. Dari proses Islamisasi di Jawa, maka dapat diketahui
dasar-dasar budaya Jawa tentang Islam, yaitu diantaranya tentang wihdatul wujud
di mana adanya pemahaman bahwa manusia dapat bersatu dengan Tuhannya. Dalam
ajaran budaya Jawa, hal ini termasuk ke dalam paham Manunggaling Kawulo Gusti
yakni paham di mana manusia sebagai hamba berusaha agar sikap, perilaku, dan
perkataannya sesuai dengan tuntutan tuhan, bukannya manusia bersatu dengan
tuhan. Dalam Islam sendiri, hal tersebut masuk ke dalam mistik Islam (tasawuf).
Selain itu, masyarakat Jawa mempunyai
kepercayaan bahwasannya budaya Jawa memiliki dua bagian yakni budaya lahir dan
budaya batin.
Koentjaraningrat juga menyebutkan bahwa kebanyakan dari orang Jawa percaya
bahwa hidup manusia di dunia ini sudah diatur alam semesta, sehingga tidak
sedikit dari mereka yang bersikap nerima, yaitu menyerahkan diri kepada takdir.
Inti pandangan alam pikiran mereka tentang kosmos tersebut, baik diri sendiri,
kehidupan sendiri, maupun pikiran sendiri, telah tercakup di dalam totalitas
alam semesta atas kosmos tadi. Inilah sebabnya manusia hidup tidak terlepas
dengan lain-lainnya yang ada di alam jagad. Jadi apabila lain hal yang ada itu
mengalami kesukaran, maka manusia akan menderita juga.
f.
Kesenian
Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang. Cerita wayang atau lakon sebagian besar berdasarkan wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Selain pengaruh India, pengaruh Islam dan Dunia Barat ada pula. Seni batik dan keris merupakan dua bentuk ekspresi masyarakat Jawa. Musik gamelan yang juga dijumpai di Bali memegang peranan penting dalam kehidupan budaya dan tradisi Jawa.
Sumber: https://1001indonesia.net/wayang-kulit-purwa/
Penutup
Dengan
mengenali budaya sendiri maka akan semakin meningkatkan rasa cinta dan menjaga
budaya agar tetap lestari, selain itu juga sebagai wujud dari cinta tanah air.
Referensi:
Koentjaraningrat.
2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Link
video : https://www.youtube.com/watch?v=zpa7ckMoifI
Terimakasih yaa Attika .. semangat menulisnya luar biasa yaa.. Semoga UASnya sukses !
BalasHapus