Senin, 27 September 2021

Pert2 - Kuliah Kreativitas Atika Bersama Ibu Serepina


Obrolan Santai dalam Kelas Kreativitas

Halo pengunjung blog yang berbahagia, di pertemuan ke 2 ini kami diajak untuk OBRAS TEMA sesuai dengan penugasan minggu lalu bahwa kami ditugaskan oleh Ibu Serepina untuk menentukan tema pengabdian masyarakat di masa pandemi Covid-19

Sebelumnya kami sudah membentuk kelompok dengan jumlah anggota 4 - 5 mahasiswa. Sesegera mungkin kami berdiskusi dan masing-masing anggota menyampaikan usulan ide dan penentuan susunan panitia yang terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, Humas, dan Dokumentasi.

Berikut susunan kelompok kami, KELOMPOK 8

Saya sendiri Atika Cahyawati sebagai Ketua, Vinilia Samber sebagai Sekretaris, Suherman sebagai Bendahara, Andriono Latbual sebagai Humas, dan Dimas Prayoga sebagai Dokumentasi.

Pada kegiatan OBRAS, kami sepakat mengajukan usul mengenai Efektivitas Perkuliahan Daring Mahasiswa Universitas Mpu Tantular Dalam Pandemi Covid-19. Ide ini merupakan usulan dari Andriono Latbual, kami sepakat karena tema tersebut bisa dijangkau oleh kami untuk penyelesaiannya dan sekaligus untuk menyampaikan aspirasi mahasiswa ke pihak kampus, serta diharapkan dapat memberikan rekomendasi proses perkuliahan yang bisa diterima oleh semua belah pihak baik Mahasiswa yang terdiri dari Reguler dan P2K, Dosen, dan Staff Akademik.

Namun ternyata, ide tersebut sudah diusulkan oleh kelompok yang lebih dulu menyampaikan, kami juga menyadari bahwa ide tersebut memang pasaran haha 😂😂😂 maka dari itu, pada giliran sesi OBRAS kelompok kami juga menyampaikan usulan ide sebagai alternatif yaitu Peran Orangtua dalam Pendidikan Anak Autis di Masa Pandemi Covid-19. Saat itu usulan tersebut disetujui oleh Ibu Serepina, namun setelah kami pertimbangkan kembali dan melalui proses musyawarah via chat group whatsaap, ide tersebut perlu diganti karena diperhitungkan tidak akan tuntas untuk dikerjakan daam waktu 3-4 minggu.

Singkat cerita, tema lain kembali kami usulkan kepada Ibu Serepina, yakni

"Peran Mahasiswa Untuk Mendukung Program Vaksinasi Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19". Judul ini akan kami gunakan dalam paper

Alhamdulillah tema tersebut di ACC sehingga kami bisa langsung eksekusi sesuai jobdesk masing-masing

Tema tersebut kami kembangkan menjadi 

" Wujudkan Pancasila dengan Ikut Vaksinasi Covid-19 "

Hal ini selaras dengan pidato Wapres Ma'ruf Amin yang mengatakan bahwa dengan mengikuti program vaksinasi dan menerapkan protokol kesehatan merupakan wujud dari pengamalan Pancasila, khususnya sila kedua dan ketiga. Selengkapnya bisa dilihat di link berikut ini

https://bpip.go.id/bpip/berita/990/479/ikut-vaksinasi-covid-19-wapres-sebut-sudah-wujudkan-pancasila.html 

Judul "Wujudkan Pancasila dengan Ikut Vaksinasi Covid-19" ini akan kami gunakan sebagai sosialisasi melalui media sosial.

kami teringat dengan Semboyan kampus kami "Bhinneka Tunggal Ika" yang identik dengan semboyan yang ada pada Burung Garuda Pancasila. 

Bagi yang belum tahu Universitas Mpu Tantular, kenalan dulu yuk


Bagaimana? Sudah kenal kan?


Baiklah sebelum mengakhiri blog ini, saya akan membagikan kisah tokoh bangsa mengenai nilai Integritas yang bisa kita teladani, 

Nilai Integritas apa yang bisa kita ambil dari kisah dibawah ini?


SIAPA YANG MENGISI BENSIN

“Siapa yang mengisi bensin?”

“Pak Jaksa, Pak”

Itulah sedikit perdebatan antara Baharudin Lopa (mantan Jaksa Agung dan Menteri Kehakiman) dan sopirnya ketika melakukan kunjungan kerja di Sulawesi Selatan. Beliau tahu bahwa bensin mobil dinasnya tinggal sedikit. Ceritanya, ketika akan pulang, beliau mendapati jarum penunjuk bahan bakarnya berada di atas, artinya ada yang mengisi bensin mobil dinasnya.

Tatkala sopirnya menyebut nama seseorang pejabat di kejaksaan negeri yang baru saja didatangi, sontak Baharudin Lopa naik pitam. Disuruhnya sang sopir kembali ke kantor kejaksaan yang sudah lama mereka tinggalkan. Jaksa yang memberi bensin diperintahkan untuk menyedot kembali bensin yang dimasukkannya, persis sejumlah yang dia masukkan. Baginya, uang jalan yang didapatnya harus dipergunakan sesuai kebutuhan, sesuai peruntukannya (Orange Juice, KPK hal. 4-5)


Kira-kira kisah tersebut termasuk jujur, peduli, adil, tanggungjawab, kerja keras, berani, sederhana, disiplin, atau mandiri ya?

Jawaban dan pembahasan ada di blog selanjutnya 😉 Terimakasih sudah mengunjungi blog ini...


Salam Sehat dan Salam Integritas





Pert1 - Kuliah Kreativitas Atika Bersama Ibu Serepina

 Pengantar Perkuliahan Kreatifitas

Hari Pertama Perkuliahan

Saat ini saya sudah memasuki semester 3 di Fakultas Hukum Universitas Mpu Tantular

Dari beberapa mata kuliah yang saya ambil di semester ini. Ada salah satu mata kuliah yang diikuti oleh mahasiswa berbagai jurusan yaitu mata kuliah Kreativitas dengan Dosen Pengampu kami Ibu Serepina yang selalu setia menemani dan membimbing kami dengan cara yang asik dan inovatif pada setiap pertemuan kelas secara daring.

Pada semester sebelumnya kami sudah bertemu beliau pada mata kuliah Antropologi sehingga kami sudah tidak asing dengan adanya tugas blog 😄

Sebagai mahasiswa P2K atau  Perkuliahan Kelas Karyawan memang terasa cukup berat dalam membagi waktu antara kuliah dan bekerja, dimana dalam bekerja pun harus lembur sampai malam. Namun Ibu mengingatkan kami akan tanggungjawab dan kedisiplinan. Beliau menyampaikan bahwa tugas sebaiknya dicicil sehingga akan terasa ringan, tugas jangan sampai menumpuk. Selain itu beliau juga menyampaikan misalnya dalam pembagian tugas kelompok juga harus adil dan ketua harus bisa mengayomi anggotanya, mengingatkan dengan cara-cara santun dan sebagainya. Lalu jika ada konflik sebaiknya bisa diselesaikan dengan cara musyawarah dan dikomunikasikan dengan cara baik-baik. Menurut saya, nilai-nilai moral yang Ibu Serepina sampaikan adalah modal untuk mencapai kesuksesan baik dalam perkuliahan, pekerjaan, maupun dalam kehidupan bermasyarakat

Berkaitan dengan nilai-nilai moral, seketika saya teringat pada nilai-nilai integritas antikorupsi yang kebetulan sedang saya pelajari untuk tes Seleksi Kompetensi Dasar CPNS 2021. Doakan saya bisa mendapatkan NIP tahun ini yaah.... tanggal 16 Oktober 2021 saya tes SKD di Manggala Wanabakti, Jakarta.

Bertambahlah 1 kesibukan mengikuti bimbel dan intens mengerjakan Try Out sejak bulan Juni lalu, yang sebelumnya kuliah dan bekerja, ditambah belajar intens supaya bisa lulus CPNS tahun ini dengan hasil yang memuaskan, membanggakan orangtua dan sebagai wujud pengabdian pada negara dan masyarakat.

Namun dari yang Ibu Serepina sampaikan, saya mulai menyadari bahwa sesibuk apapun kita harus bertanggungjawab, profesional. Selesaikan dengan baik apa yang sudah kita mulai. 

Secara tidak langsung, saya mendapatkan ilmu sekaligus belajar materi TKP (Tes Karakteristik Pribadi) dari berbagai hal yang Ibu Serepina sampaikan yang berkaitan dengan moral. TKP adalah salah satu komponen yang diujikan dalam tes SKD CPNS untuk menilai kematangan calon peserta dalam menghadapi berbagai situasi melalui indikator Pelayanan Publik, Jejaring Kerja, Sosial Budaya, TIK, Profesionalisme, dan Anti Radikalisme.

Kemudian menyinggung mengenai nilai integritas, nilai intergitas terdiri dari aspek nilai inti, aspek kerja, dan nilai sikap


Semoga kita semua bisa menerapkan nilai-nilai integritas tersebut dalam berbagai aspek kehidupan. 
Oiya untuk blog selanjutnya saya akan menyisipkan di akhir blog berupa kisah tokoh bangsa yang bisa kita teladani terkait nilai-nilai integritas.


Salam Sehat dan Salam Integritas



Sabtu, 17 Juli 2021

KUPAS TAJAM KEBUDAYAAN SENDIRI


Koentjaraningrat membagi kebudayaan menjadi unsur-unsur yang terdiri dari sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian, serta sistem teknologi dan peralatan. Semua sistem yang terkandung dalam budaya tersebut berada dalam kehidupan seluruh lapisan masyarakat, baik masyarakat primitif maupun masyarakat modern. Adapun topik yang diangkat pada tulisan kali ini adalah kupas tuntas mengenai kebudayaan Jawa.


Isi

a.      Ras, Bahasa, dan Kebudayaan

Menurut Koentjaraningrat ras merupakan golongan manusia yang menunjukkan berbagai ciri tubuh tertentu dengan suatu frekuensi yang besar. Umumnya, ras manusia dapat dikategorikan menjadi beberapa jenis, yaitu ras Negroid, Mongoloid, Kaukasoid, Australoid, dan Khoisan. Sementara itu, ras Indonesia terdiri dari empat jenis, salah satunya adalah Malayan-Mongoloid. Masyarakat Jawa didominasi oleh Ras Melayu-Mongoloid dengan ciri-ciri kulit sawo matang kekuning-kuningan, rambut hitam lurus, tubuh kecil dan tinggi badan 1,60 m- 1,75 m.

 

Kita tahu bahwa Paulau Jawa merupakan salah satu bukti keberadaan kerajaan-kerajaan Hindu-Budha-Islam yang pernah berjaya pada masanya, sehingga bahasa Jawa banyak menggunakan kata serapan yang berasal dari bahasa Sansekerta. Kemudian bahasa Jawa mengenal adanya dialek di beberapa wilayah kebudayaan Jawa, seperti dialek Solo-Yogya, Banyumasan, Surabayaan/Jawa Timuran, Pesisiran, dan lain-lain.

 

Bahasa Jawa mengenal tingkatan yang berurutan seperti ngoko, krama, dan krama inggil, tingkatan tersebut untuk menggambarkan tingkatan kesopanan berbahasa. Krama Inggil merupakan tingkat yang paling sopan dan digunakan kepada orang yang lebih tua ataupun semua usia. Namun, untuk orang yang lebih tua sebaiknya menggunakan krama inggil.

 

Budaya Jawa merupakan hasil cipta, karya, karsa dari masyarakat Jawa. Suryanto menjelaskan sebagaimana dikutip oleh Dr. M. Dimyati Huda bahwa budaya Jawa memiliki karakteristik yakni religius, non-doktriner, toleran, akomodatif, dan oplimatik. Karakteristik seperti ini melahirkan corak, sifat, dan kecenderungan yang khas bagi masyarakat Jawa seperti

berikut :

1) percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sangkan Paraning Dumadi, dengan segala sifat dan kebesaran-Nya;

2) bercorak idealistis, percaya kepada sesuatu yang bersifat immateriil (bukan kebendaan) dan hal-hal yang bersifat adikodrati (supernatural) serta cenderung kearah mistik;

3) lebih mengutamakan hakikat dari pada segi-segi formal dan ritual;

4) mengutamakan cinta kasih sebagai landasan pokok hubungan antar manusia;

5) percaya kepada takdir dan cenderung bersikap pasrah;

6) bersifat konvergen dan universal;

7) momot dan non-sektarian;

8) cenderung pada simbolisme;

8) cenderung pada gotong-royong, guyub, rukun, dan damai; dan

10) kurang kompetitif dan kurang mengutamakan materi.

 

 

b.      Sistem Mata Pencaharian

Mata Pencaharian masyarakat Jawa sejak jaman dahulu didominasi pada bidang perikanan yaitu sebagai nelayan atau pelaut dan bidang bercocok tanam/pertanian sebagai petani. Hal tersebut menyesuakan dengan lokasi atau tempat tingal masyarakat itu sendiri yang secara umum dibagi menjadi dua yaitu masyarakat pesisir dan masyarakat pedalaman.

Relief pada dinding candi yang menggambarkan mata pencaharian masyarakat Jawa Kuno sebagai petani. Sumber: https://tapak.id/sejarah-pertanian-indonesia-yang-wajib-kamu-tahu/

c.       Organisasi Sosial

Sistem kekerabatan orang jawa menggunakan trah yang terbagi menjadi 7 grat secara berurutan yaitu anak, putu, buyut, canggah, wareng, udheg-udheg, gantung siwur.

 

Sistem Patriarkhi berpengaruh dalam pembagian warisan dengan sistem sepikul segendhongan juga adanya pola pewarisan harta warisan secara lisan yang disebut setat.

 

d.      Sistem Pengetahuan

Adapun sistem pengetahuan Masyarakat Jawa yang merupakan keahlian sejak jaman dulu oleh nenek moyang adalah sebagai berikut:

-          Penanggalan

-          Petung Pasatohan (salaki Rabi)

digunakan untuk pernikahan, yaitu tanggal baik untuk menikah ataupun untuk perhitungan weton jodoh menurut tanggal kelahiran pasangan. Masyarakat Jawa masih percaya bahwa sifat/karakter seseorang juga dipengaruhi oleh wetonnya (tanggal lahir) sehingga dalam memilih pasangan sebaiknya mengikuti weton agar bisa menjalani kehidupan bahtera rumah tangga dengan baik.

-          Pranatamangsa (Perhitungan Musim)

Perhitungan musim digunakan untuk menentukan kapan harus menanam, memanen, ataupun mencari ikan.

-          Polintangan (Astronomi Jawa)

-          Perhitungan Tata Letak atau fengshui Jawa

Biasanya digunakan untuk menentukan posisi rumah yang baik.

-          Sengkalan sebagai penanda angka tahun

 

e.       Sistem Religi

Masyarakat Jawa mayoritas beragama Islam, agama Islam datang ke Indonesia dan khususnya pulau Jawa membawa perubahan yang sangat besar dalam pandangan manusia terhadap hidup dan dunianya. Dari proses Islamisasi di Jawa, maka dapat diketahui dasar-dasar budaya Jawa tentang Islam, yaitu diantaranya tentang wihdatul wujud di mana adanya pemahaman bahwa manusia dapat bersatu dengan Tuhannya. Dalam ajaran budaya Jawa, hal ini termasuk ke dalam paham Manunggaling Kawulo Gusti yakni paham di mana manusia sebagai hamba berusaha agar sikap, perilaku, dan perkataannya sesuai dengan tuntutan tuhan, bukannya manusia bersatu dengan tuhan. Dalam Islam sendiri, hal tersebut masuk ke dalam mistik Islam (tasawuf). Selain itu, masyarakat Jawa  mempunyai kepercayaan bahwasannya budaya Jawa memiliki dua bagian yakni budaya lahir dan budaya batin.


Koentjaraningrat juga menyebutkan bahwa kebanyakan dari orang Jawa percaya bahwa hidup manusia di dunia ini sudah diatur alam semesta, sehingga tidak sedikit dari mereka yang bersikap nerima, yaitu menyerahkan diri kepada takdir. Inti pandangan alam pikiran mereka tentang kosmos tersebut, baik diri sendiri, kehidupan sendiri, maupun pikiran sendiri, telah tercakup di dalam totalitas alam semesta atas kosmos tadi. Inilah sebabnya manusia hidup tidak terlepas dengan lain-lainnya yang ada di alam jagad. Jadi apabila lain hal yang ada itu mengalami kesukaran, maka manusia akan menderita juga.

 

f.        Kesenian

Orang Jawa terkenal dengan budaya seninya yang terutama dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha, yaitu pementasan wayang. Cerita wayang atau lakon sebagian besar berdasarkan wiracarita Ramayana dan Mahabharata. Selain pengaruh India, pengaruh Islam dan Dunia Barat ada pula. Seni batik dan keris merupakan dua bentuk ekspresi masyarakat Jawa. Musik gamelan yang juga dijumpai di Bali memegang peranan penting dalam kehidupan budaya dan tradisi Jawa.


Sumber: https://1001indonesia.net/wayang-kulit-purwa/

Penutup

            Dengan mengenali budaya sendiri maka akan semakin meningkatkan rasa cinta dan menjaga budaya agar tetap lestari, selain itu juga sebagai wujud dari cinta tanah air.

 

Referensi:

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Link video : https://www.youtube.com/watch?v=zpa7ckMoifI

Jumat, 02 Juli 2021

Catatan Antropologi Atika bersama Ibu Serepina Tiur Maida Pert. 10

 KULIAH ANTROPOLOGI PERTEMUAN KE 10

Gak kerasa kuliah semester 2 sudah memasuki minggu ke 10, kami ditugaskan oleh Ibu Serepina selaku dosen antropologi kami untuk diskusi kelompok mengenai kebudayaan.

pada pertemuan ke 10 giliran rekan kami Michael, Taran, Ida, Efron, Nanda, dan Evi yang dimoderatori oleh Panji untuk memaparkan tentang Unsur-Unsur dan Integrasi Kebudayaan.

Ada 7 Unsur Kebudayaan Universal dalam Masyarakat
1. Bahasa
2. Pengetahuan
3. Organisasi Sosial
4. Peralatan Hidup dan Teknologi
5. Ekonomi atau Mata Pencaharian
6. Keagamaan
Pengetahuan bukanlah unsur yang memiliki kedudukan tertinggi dalam hal kebudayaan, melainkan cipta, rasa, yang berlandaskan religi dan sosial.

Integrasi Kebudayaan

Integrasi kebudayaan adalah satu proses dimana adanya penyesuaian antara beberapa jenis kebudayaan yang berbeda sehingga dapat mencapai suatu kesesuaian dan keharmonisan yang berfungsi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Integrasi kebudayaan ini juga termasuk bentuk pertukaran kebudayaan dimana kelompok-kelompok yang berbeda mulai beradaptasi di lingkungan yang memiliki kebudayaa, kepercayaan, cara perilaku dan adat yang berbeda tanpa mengorbankan identitas karakter kebudayaan mereka sendiri.

Definisi dari integrasi kebudayaan ini sangat jelas namun aplikasi dan implementasi dalam dunia nyata sangat kompleks dan sulit. Kebanyakan perang yang telah kita ketahui disebabkan adanya gesekan antara dua kebudayaan yang berbeda. Pada pernikahan, perceraian bisa terjadi karena dua individu memiliki norma-norma dan nilai yang berbeda. Hal ini juga terjadi dalam proses bisnis, 2/3 dari proses merger dan akuisisi gagal mendapatkan tujuannya karena adanya gesekan kebudayaan. Konflik-konflik yang terjadi akibat pergesekan dua kebudayaan yang berbeda ini dapat disebabkan karena kurangnya “cultural awareness” dan juga pemahaman mengenai integrasi kebudayaan.




Sampai jumpa di pekan berikutnya...................

Sabtu, 19 Juni 2021

Catatan Antropologi Atika bersama Ibu Serepina Tiur Maida Pert. 9

KEBUDAYAAN

Hari ini kami mahasiswa diberikan tugas oleh Ibu Serepina selaku dosen kami dalam mata kuliah Antropologi untuk melakukan resume materi mengenai kebudayaan dari sumber buku Pengantar Ilmu Antropologi - Koentjayaningrat.

Ada beberapa hal yang akan kita bahas yaitu

1. Drefinisi Kebudayaan

2. Wujud Kebudayaan

3. Adat Istiadat

4. Unsur-Unsur Kebudayaan

5. Integrasi Kebudayaan

6. Fokus Kebudayaan

7. Kebudayaan dan Kerangka Teori Tindakan


Definisi Menurut Ilmu Antropologi

"kebudayaan" adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar

kata "kebudayaan" berasal dari kata sansekerta buddhayah yaitu bid dan akal.


Tiga Wujud Kebudayaan

1. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya.

Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. sifatnya abstrak, tidak dapat diraba atau difoto. 

2. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. wujud kedua dari kebudayaan disebut sistem sosial atau sosial sistem mengenai tindakan berpola dari manusia itu sendiri. sistem sosial ini terdiri dari aktivitas manusia itu sendiri. sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan, dan bergaul satu sama lain dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat  tata kelakuan.

3. Wujud kebudayaan sebagai benda-benad hasil karya manusia. wujud ketiga dari kebudayaan disebut kebudayaan fisik. berupa seluruh hasil fisik dan aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat.

Unsur-Unsur Kebudayaan

ada 7 unsur yang dapat kita sebut sebagai isi pook dari tiap kebudayaan di dunia itu adalah 

- bahasa

- sistem pengetahuan

- organisasi sosial

- sistem peralatan hidup dan teknologi

- sistem mata pencaharian hidup

- sistem religi

- kesenian


Integrasi Kebudayaan

1. Metode Holistik --> menggambarkan metode tinjauan yang mendekati suatu kebudayaan itu sebagai suatu kesatuan yang terintegrasi

2. Pikiran Kolektif --> pada dasamya tidak berbeda dengan cara ilmu psikologi menguraikan konsep berpikir. la juga beranggapan bahwa aktivitas-aktivitas dan proses-proses tohaniah, seperti: penangkapan pengalaman, rasa, sensasi, kemauan, keinginan, dan lain-lain itu, terjadi dalam organ fisik dari manusia dan khususnya berpangkal di otak dan sistem syarafnya.


Fungsi Unsur unsur Kebudayaan

a) menerangkan “fungsi” itu sebagai hubungan antara suatu hal dengan suatu tujuan tertentu (misalnya mobil mempunyai fungsi sebagai alat untuk mengangkut manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lain),

b) menerangkan kaitan antara satu hal dengan hal yang lain (kalau nilai dari satu hal x itu berubah, maka nilai dari suatu hal lain yang ditentukan oleh x tadi, juga berubah),

c) menerangkan hubungan yang terjadi antara satu hal dengan hal-hal lain dalam suatu sistem yang terintegrasi (suatu bagian dari suatu organisme yang berubah menyebabkan perubahan dan berbagai bagian lain, malahan sering menyebabkan perubahan dalam seluruh organisme).


Fokus Kebudayaan

Banyak kebudayaan mempunyai suatu unsur kebudayaan atau beberapa pranata tertentu yang merupakan suatu unsur pusat dalam Kebudayaan, sehingga digemari oleh sebagian besar dari warga masyarakat. Dengan demikian mendominasi banyak aktivitas atau pranata lain dalam kehidupan masyarakat. Contoh dari unsur-unsur budayaan yang dominan seperti itu misalnya kesenian dalam masyarakat orang Bali, gerakan kebatinan dan mistik dalam kebudayaan golongan pegawai negeri, atau priyayi, di Jawa Tengah, peperangan tara federasi-federasi kelompok kekerabatan dalam masyarakat suku bangsa Dani di Lembah Besar Baliem di Pegunungan Jayawijaya di irian Jaya atau kula dalam masyarakat penduduk Trobriand.








Jumat, 04 Juni 2021

Catatan Kuliah Atika bersama Ibu Serepina - Tugas Sesi 7


Kepribadian dari sudut pandang antropologi berkaitan dengan lingkungan, budaya, maupun genetik. Dalam sudut pandang psikologi, psikologi kepribadian adalah kehidupan dari individu secara keseluruhan. Kehidupan yang dimaksud dapat dilihat dari usaha, tujuan, unik, kemampuan mendapatkan pengalaman hingga kemampuan bertahan hidup dan membuka diri. Kemampuan bertahan hidup sangat berkaitan dengan antropologi. Misalnya masyarakat yang berada di wilayah terprencil, pegunungan, masih banyak hutan, mereka terbiasa memanggil satu sama lain dengan suara keras agar terdengar, kebiasaan tersebut yang dilakukan terus-menerus akan membentuk suatu kepribadian tersendiri dengan gaya bicaranya yang keras dan lantang. Begitupula mengenai keberanian, tentunya mereka biasanya lebih berani karena terbiasa berhadapan dengan binatang buas. Hal tersebut berkaitan dengan kemampuan bertahan hidup. Dalam psikologi, memandang kepribadian bisa dilihat melalui gaya bicara, raut wajah, maupun gerak-gerik yang melahirkan tipe-tipe kebribadian yang dipengaruhi oleh lingkungan, alam, dan kebiasan-kebiasaan, sehingga pengidentifikasian ciri-ciri watak dan pembentukan kepribadian ditentukan oleh lingkungan sosial-budaya berwujud pola adat pengasuhan dan pendidikan anak yang dilaksanakan melalui proses-proses pembelajaran, peniruan, dan penyesuaian terhadap perilaku serta tradisi masyarakatnya yang berlangsung berkelanjutan dan turun temurun dari generasi ke generasi. Dengan demikian, pemakaian konsep dasar, terutama lingkungan sosial dan kebudayaan itu, tidak lain adalah proses-proses pernyataan pewarisan budaya dan pembentukan watak serta kepribadian.

Senin, 10 Mei 2021

Unsur-Unsur Masyarakat, Pranata Sosial, dan Integrasi Masyarakat (Studi Kasus Masyarakat Adat Gelarang Colol)


Hi guys, kali ini aku mau membahas mengenai unsur-unsur masyarakat, pranata sosial, dan integrasi masyarakat dengan mengangkat Masyarakat Adat Gelarang Colol sebagai obyek pembahasan agar kita tidak hanya sekedar mengerti definisi tetapi juga bagaimana aplikasinya dalam masyarakat itu sendiri. 

seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia memiliki beragam suku budaya yang unik dan kearifan lokal yang tak ternilai harganya, maka dari itu aku mau mengajak pembaca sekalian untuk travelling ke dalam masyarakat Adat kita, supaya kita semakin mencintai Indonesia, salah satunya Masyakarat Adat Gelarang Colol.

sebelum beranjak, mari kita pahami definisi singkat dari apa itu unsur-unsur masyarakat, apa itu pranata sosial, dan apa itu integrasi masyarakat

Unsur-unsur masyarakat 


Menurut Soerjono Soekanto, yang dikutip di dalam buku Pengantar Antropologi: Sebuah Ikhtisar Mengenal Antropologi (2019:52), sejumlah unsur masyarakat adalah sebagaimana perincian sebagai berikut: Beranggotalan paling sedikit dua orang atau lebih, seluruh anggota sadar sebagai satu kesatuan, berhubungan daam waktu yang cukup lama, menghasilkan individu baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat sehingga menjadi sistem hidup bersama yang memunculkan kebudayaan dan keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.

Pranata Sosial

Pranata sosial adalah kumpulan nilai dan norma yang mengatur kehidupan manusia. Kebudayaan yang didalamnya terdapat nilai, norma, dan perasaan juga merupakan pola bagi tindakan dan tingkah laku manusia yang diperoleh melalui proses belajar dalam kehidupan sosialnya.

Integrasi Masyarakat

sebuah proses perpaduan atau penyatuan antar unsur-unsur dalam masyarakat yang meliputi pranata sosial, kedudukan sosial, dan peranan sosial. Integrasi ini tujuannya untuk menyatukan masyarakat tersebut, meskipun adanya kedudukan bahkan peranan sosial di dalamnya berbeda.


Dari penjelasan di atas, kita tahu bahwa ketiga hal tersebut saling berkaitan dan tidak terpisahkan dari kehidupan bermasyarakat.


Selanjutnya mari kita mulai mengupas Mayarakat Adat Gelarang Colong agar semakin memahami bagaimana usnur-unsur masyarakat itu terbentuk, apakah ada pranata sosial didalamnya? dan bagaimana mereka saling berintegrasi satu sama lain.



Dimanakah keberadaan Masyarakat Adat Gelarang Colol?

Gelarang Colol secara administratif terletak di Kecamatan Poco Ranaka Timur, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Satuan wilayah dari masyarakat adat Colol disebut dengan Gelarang yang terdiri dari beberapa Gendang yaitu Gendang Colol, Gendang Welu, Gendang Biting, dan Gendang Tangkul. Masyarakat adat Colol secara demografi juga termasuk penduduk dari keempat desa di atas dengan jumlah sekitar 1.364 kepala keluarga. Dari sejumlah tersebut, jumlah laki-lakinya 2.787 jiwa, sedangkan perempuannya berjumlah 3.009 jiwa. Masyarakat adat Colol seharihari menggunakan bahasa Manggarai dan bekerja sebagai petani, peladang, maupun berkebun untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Darimana masyarakat adat Colol berasal?

Dituturkan bahwa sejarah awal mula Panga Colol, berasal dari wilayah Gowa. Dibawa oleh leluhur mereka bernama Ranggarok pada sekitar tahun 1600-an. Ranggarok menetap di sebelah barat Gendang Racang yang saat itu diberi nama Golo Meka (tamu). Ranggarok kemudian menikah dengan putri Racang bernama Pote Dondeng. Ranggarok dan Pote Dondeng kemudian memiliki anak bernama Mondo dan tinggal di Golo Mondo (Lingko Lowo saat ini). Masyarakat adat Colol tidak berasal dari satu keturunan, melainkan satu kesatuan dari beberapa klan atau yang disebut dalam istilah lokal adalah panga. Setidaknya ada 14 panga yang saat ini membentuk peradaban dan melakukan perjuangan hidup dalam identitas yang sama yaitu masyarakat adat Colol. Masyarakat adat Colol memiliki gagasan tentang hubungan antar-ruang hidup mereka dalam ujaran “Gendang One Lingko Peang” yang berarti kampung di dalam dan ladang di luar. Nilai dari ujaran tersebut menunjukkan masyarakat Colol terikat dengan wilayah adat yaitu kampung atau “gendang” sebagai tempat mereka bernaung dan ladang atau “lingko” sebagai tempat mencari penghidupan.

Siapa saja unsur-unsur masyarakat yang ada dalam Masyarakat Adat Colol dan bagaimana mereka saling berintegrasi?

Untuk menaungi kesatuan dari seluruh masyarakat adat Colol diperlukan orang-orang yang dapat memimpin keempat belas panga. Selain itu, masyarakat sebagai subjek hukum tentu terikat pada seperangkat nilai, norma, dan aturan (hukum) adat atau yang dibaca dalam bahasa lokal sebagai “adak” yang dibangun melalui kesadaran bersama dan dimapankan secara turun temurun. Oleh karenanya, tatanan kehidupan bermasyarakat yang terikat pada seperangkat produk hukum adat itu dipelihara oleh beberapa orang yang dianggap dapat memimpin dan menjalankan peran serta fungsi terkait. Dalam konteks masyarakat adat Colol, beberapa orang itu disebut sebagai “Tua Mukang Lalong Kampong/Adak“ atau yang diartikan secara harfiah sebagai “Para Tetua Kampung/Adat”. Adapun pemangku-pemangku adat yang terdapat dalam masyarakat adat Colol yaitu “Tua Golo” dan “Tua Teno”. Jika Tua Golo berarti Ketua Pemangku Adat yang berperan sebagai pemimpin masyarakat, Tua Teno adalah pemangku adat yang mengurusi perihal tanah adat (lingko), upeti adat (wono) dan ritual adat. Tua Golo dan Tua Teno bekerja berdampingan dan dibantu oleh ketua-ketua dari setiap panga yang berada di masing-masing gendang (desa) atau yang disebut sebagai “Tua Panga”. Adapun Tua Panga sebagai pemimpin suatu Panga juga membawahi beberapa kepala tiap keluarga besar dari panganya yang juga disebut sebagai “Tua Kilo”.

Beberapa tugas dari Tua Golo antara lain, memimpin masyarakat adat Colol di wilayah Gendangnya, menjalankan roda pemerintahan adat, dan bersama Tua Teno dan Tua Panga melakukan pengambilan keputusan terkait kepentingan umum, permasalahan antar-masyarakat, hingga peradilan adat. Adapun tugas dari Tua Teno selain di atas adalah memimpin pelaksanaan ritual adat, menentukan pembagian lahan adat (di masa lalu), dan mengumpulkan wono atau upeti dari lahan adat. Di sisi lain, kepala di tiap panga atau Tua Panga dipilih dalam musyawarah tingkat panga maupun penunjukan dari Tua Panga sebelumnya kepada anaknya. Periode jabatannya adalah sampai yang besangkutan tidak mampu lagi mengemban peran itu ataupun karena sebab lain. Sedangkan Tua Kilo di masing-masing keluarga besar dipilih dari anak sulung laki-laki dari garis keturunan laki-laki yang memiliki kemampuan berbahasa adat. Periode jabatannya adalah sampai yang besangkutan tidak mampu lagi mengemban peran itu ataupun karena sebab lain.

Apa saja bentuk pranata sosial yang ada dalam Masyarakat Adat Colol dan bagaimana mekanisme kontrol terhadap pranata sosial tersebut?

Masyarakat Colol memiliki produk-produk hukum adat dengan mekanisme kontrolnya sendiri yang mereka akui sebagai landasan untuk hidup baik dengan manusia maupun alam. Apabila terjadi pelanggaran aturan adat maupun sengketa antar masyarakat, dilakukanlah musyawarah adat atau lonto leok sebagai proses pengambilan keputusan. Adapun beberapa contoh pranata sosial yang terbentuk dalam Masyarakat Adat Colol diantaranya adalah adanya larangan perkelahian fisik antarwarga maupun antar-kelompok dengan mekanisme kontrol dilakukan mediasi oleh pihak ketiga agar berdamai dan diwujudkan dengan pemotongan 1 ekor babi dan 1 ekor kambing yang dimakan bersama. Jika ada korban luka, pelaku disanksi dengan Wunis Peheng atau menanggung pengobatan. Kemudian adanya Larangan membuat keributan dan bekerja menyiang rumput selama dua hari saat ada warga satu Gendang dan/atau satu Lingko yang meninggal. Warga boleh ambil hasil kebun tetapi ditutupi oleh daun kering. Jika melanggar maka didenda 1 ekor ayam dan tuak. Jika diulangi kesalahan itu hingga tiga kali maka disanksi denda 1 ekor babi untuk kebutuhan pesta kenduri orang yang meninggal.

Hal yang diutamakan untuk dicari dari proses musyawarah adalah tentang benar dan salah bukanlah menang atau kalah dari suatu perkara. Hukum adat bagi masyarakat di Gelaran Colol masih dianggap penting untuk ditegakkan telebih dahulu daripada hukum positif. Biaya mengadakan proses peradilan adat dan penyelesaian sengketa melalui lonto leok adalah sebesar Rp 1.000.000 yang dibayar di awal oleh masing-masing pihak dan dicatat oleh Tua Golo dan Tua Teno. Bilamana terjadi ketidakpuasan atas hasil dari lonto leok, pihak tersebut dapat meneruskannya ke ranah hukum positif. Namun, jika terdapat unsur anggota masyarakat adat Colol yang terbukti melangkahi hukum adat, maka para pemangku adat dan masyarakat pada umumnya akan memberikan sanksi berupa 1 ekor kambing, uang Rp. 500.000 dan 1 bonggo tuak.

 

Sumber:

1.  Badan Registrasi Wilayah Adat

https://brwa.or.id/wa/view/eU9zVzhZXzM4Mmc diakses oleh Atika Cahyawati pada tanggal 10 Mei 2021 pukul 11.00 WIB

2. Panggabean. 2018. Praktik Peradilan Menangani Kasus-Kasus Hukum Adat Suku-Suku Nusantara.Jakarta: Kelompok Gramedia


Terimakasih....
sampai bertemu di minggu selanjutnya


Jumat, 16 April 2021

Catatan Tugas Mandiriku bersama Ibu Serepina Tiur Maida

 Bagaimana Hubungan Antara Antropologi Sosial dan Sosiologi?

Hubungan antara Antropologi dan sosiologi pada satu sisi,

memperlihatkan bahwa sebagian para ahli tidak lagi membedakan kedua ilmu

tersebut secara ketat. Artinya beberapa fokus kajiannya dianggap sama

bahkan beberapa paradigma yang digunakan untuk melihat suatu fenomena

sosial pun dianggap tidak memiliki perbedaan. Kedua ilmu itu bisa saling

menukar atau saling melengkapi baik menyangkut paradigma ataupun

metode yang digunakan dalam mengungkap suatu fenomena sosial. Di pihak

ini, perbedaan antropologi dan sosiologi hanya terjadi pada sejarah berdirinya

masing-masing ilmu tersebut. Namun dalam perkembangan selanjutnya,

kedua ilmu itu dapat saling melengkapi bahkan melebur diri menjadi satu

ilmu. Pada universitas tertentu, antropologi dan sosiologi merupakan program

studi yang dikembangkan secara bersama-sama di bawah departemen antropologi-sosiologi atau 

sosiologi-antropologi. Benarkah antropologi dan

sosiologi sudah tidak dapat dibedakan lagi?

Ada pihak lain yang masih tetap mempertahankan adanya perbedaan

antara antropologi dan sosiologi. Secara historis, kemunculan kedua ilmu

tersebut adalah berbeda baik dari segi paradigma yang digunakan, metode

yang digunakan atau pun sasaran masyarakat yang menjadi obyek

penelitiannya. Di mana antropologi menekankan kajiannya pada masyarakat

tradisional di luar masyarakat Barat, sedangkan sosiologi lebih menekankan

pada masyarakat perkotaan yang pada saat itu ada pada masyarakat Barat

sendiri.

Dalam perkembangannya, menurut pihak ini, masih dapat dilihat adanya

perbedaan di antara kedua ilmu tersebut. Walaupun menurut penulis,

perbedaan ini lebih didasari oleh selera dalam menggunakan paradigma dan

metode yang digunakan. Sedangkan sasaran penelitiannya, sering kali tidak

dapat lagi dibedakan karena keduanya sama-sama memperhatikan fenomena

sosial di pedesaan (masyarakat tradisional) ataupun di perkotaan (masyarakat

industri).

Secara ringkas, ada perbedaan dan persamaan diantara keduanya

Persamaan: Antropologi sosial dan sosiologi berusahan untuk mencari unsur-unsur yang sana di antara beragam masyarakat dan kebudayaan manusia. Tujuannya adalah untuk mencapai pengertian tentang asas-asas hidup masyarakat dan kebudayaan manusia pada umumnya.

Perbedaan: masing-masing memiliki asal mula dan sejarah perkembangannya yang berbeda, asal mula dan sejarah yang berbeda menyebabkan adanya suatu perbedaan pengkhususan pada pokok dan bahan penelitian dari kedua penelitian tersebut, asal mula dan sejarah yang berbeda juga telah menyebabkan berkembangnya metode dan masalah yang khusus dari masing-masing ilmu.

HUBUNGAN ANTARA ANTROPOLOGI DAN ILMU-ILMU LAINNYA

Hubungan Antropologi dan Ilmu Politik

Perkembangan ilmu terus berlanjut, begitu pula dengan ilmu politik,

yang mulai banyak menaruh perhatian terhadap berbagai fenomena budaya

masyarakat yang terkait langsung atau tidak langsung. Keanggotaan partai

politik di Indonesia sangat dipengaruhi oleh kondisi budaya masyarakatnya.

Budaya masyarakat di Indonesia yang cenderung patrimonial sangat

berpengaruh pada sistem budaya politiknya. Untuk itu, untuk lebih dapat

memahami perilaku politik masyarakat di Indonesia, Anda perlu belajar

tentang kebudayaan masyarakat di Indonesia, yang terdiri dari bermacammacam

suku bangsa dan masing-masing suku bangsa tersebut memiliki

kebudayaannya yang khas. Untuk keperluan tersebut, antropologi

mempunyai peran dalam kaitannya dengan kajian ilmu politik, karena

mampu mengungkap kebudayaan suatu masyarakat yang akan menjadi

tempat bagi perilaku politik.


Hubungan Antropologi dan Ilmu Ekonomi

Ilmu Ekonomi yang mengkaji fenomena ekonomi modern lebih didasari

oleh pemikiran-pemikiran Barat atau Ero-Eropa. Persoalannya adalah

bilamana pemikiran-pemikiran ekonomi diterapkan pada setiap masyarakat

terutama masyarakat yang masih sederhana atau negara terutama negaranegara

berkembang tidak selamanya akan sesuai karena dilatarbelakangi oleh

faktor cara pandang yang berbeda pada kehidupan ekonominya. Perhitungan

ekonomi modern tidak selamanya dapat diterapkan pada sistem ekonomi

masyarakat non Barat. Keragaman budaya pada setiap masyarakat atau suku

bangsa memperlihatkan pula adanya keragaman dalam strategi kehidupan

ekonominya. Keragaman pada sistem ekonomi dapat dilihat pada sistem

produksi apakah bercocok tanam sebagai petani, nelayan, peternakan, dan

sebagainya. Begitu pula keragaman ini dapat dilihat pada sistem tukar

menukar atau sistem jual beli barang.

Pada kondisi seperti di atas, antropologi sangat diharapkan perannya

untuk dapat menjembatani pemikiran ekonomi modern dan pemikiran

ekonomi lokal. Pembangunan ekonomi masyarakat di negara-negara

berkembang tidak akan berjalan dengan baik bilamana tanpa diikuti oleh

pertimbangan aspek budaya lokal terutama yang terkait dengan pola pikir

kehidupan ekonominya. Terdapat perbedaan pandangan, anggapan,

pengetahuan, persepsi pada masyarakat industri dengan masyarakat

nonindustri seperti pertanian. Oleh karena itu perlu kehati-hatian para

perencana pembangunan yang mencoba mengadopsi pemikiran atau

teknologi yang datang dari masyarakat industri (negara-negara Barat) bagi

kepentingan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat nonindustri.


Hubungan Antropologi dan Ilmu Administrasi

Pentingnya antropologi bagi Ilmu Administrasi adalah terkait dengan

kebutuhan Ilmu Administrasi untuk memecahkan persoalan-persoalan

administrasi pemerintahan. Kondisi sistem administrasi pemerintahan yang

dianggap masih kurang baik oleh sebagian pihak, seperti masalah pemilikan

tanah, membutuhkan pemecahan bukan saja dari pihak pegawai atau para

admonistartur tetapi juga karena aspek yang bersumber pada latar belakang sosial budaya masyarakat yang belum menganggap penting masalah

administrasi.


Hubungan Antropologi dan Arkeologi serta Ilmu Sejarah

Pada dasarnya arkeologi bertujuan menyingkap sejarah kebudayaan

manusia dari mulai kebudayaan kuno pada jaman purba seperti kebudayaan

Mesopotamia dan kebudayaan Mesir Kuno. Di Indonesia, Arkeologi

memfokuskan perhatiannya kepada kebudayaan di Indonesia pada masa

Hindu yang hidup sekitar abad ke 4 hingga abad ke 16. Hasil penelitian

arkeologi terhadap bahan bekas reruntuhan atau alat-alat peninggalan

kerajaan Hindu di Indonesia adalah sebuah deskripsi sejarah manusia yang

kemudian dapat digunakan oleh antropologi sebagai bahan untuk

merekonstruksi sejarah asal-mula makhluk manusia. Dilihat dari batasan

kajiannya, antropologi terlihat lebih luas karena tidak hanya memfokuskan

pada benda-benda peninggalan (artifak) saja, melainkan juga pada sistem ide

(gagasan dan sistem tingkah laku).

Kesulitan di dalam merekonstruksi kembali kehidupan dan persebaran

kebudayaan, antropologi dan ilmu sejarah saling bertukar metode dan teori

untuk lebih dapat memahami masyarakat pada umumnya. Begitu pula

penggambaran tentang hasil penelitian keduanya bisa saling melengkapi

sesuai bagi tujuan tertentu.

Hubungan Antropologi dengan Ilmu Geologi

Ilmu geologi memiliki peran yang cukup penting didalam antropologi, Karena fungsi

 dari ilmu geologi yang mempelajari tentang ciri-ciri bumi dan perubahannya ini sangat

 berpengaruh dalam sub bab antropologi yaitu paleoantropologi dan prehistori.


Hubungan Antropologi dengan Paleontologi

Ilmu paleontologi dalam antropologi berperan sebagai ilmu yang meneliti fosil makhluk-

makhluk dahulu kala untuk membuat suatu rekontruksi tentang proses evolusi bentuk-bentuk

 makhluk dari dahulu kala hingga sekarang.


Hubungan Antropologi dengan Anatomi

Ilmu antropologi juga memiliki keterkaitan dengan ilmu anatomi. Khususnya

 cabang antropologi yaitu antropologi fisik yang mengkaji tentang fisik manusia serta

 meneliti ciri-ciri dari berbagai macam ras yang ada didunia.


Hubungan Antropologi dengan Kesehatan Masyarakat

Peran Antropologi bagi Kesehatan yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui
 pemahaman yang lebih luas tentang hubungan antara gejala bio-sosio-budaya
 dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang diyakini akan
 meningkatkan kesehatan yang lebih baik.

Hubungan Antropologi dan Linguistik
Antropolinguistik adalah ilmu yang menggabungkan antara antropologi (ilmu kebudayaan)
 dengan linguistic dalam cabang linguistik ilmu ini mempelajari fariasi dan penggunaan
 bahasa dalam hubungannya dengan perkembangan waktu, perbedaan tempat komunikasi,
 sistem kekerabatan, pengaruh kebiasaan etnik, kepercayaan, adat.

Hubungan Antropologi dan Arkeologi 
Arkeologi merupakan ilmu yang mempelajari manusia dan peradabannya di masa lalu.
 Sedangkan Antropologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari manusia dari segi budaya
 kontemporer dan asal usul atau historisnya sehingga ilmu arkeologi berperan besar dalam
 kemajuan antropologi.

Hubungan Antropologi dan Sejarah
Antropologi dan Ilmu Sejarah sangat berkaitan satu sama lain. Antropologi menyumbangkan
 banyak teori untuk ilmu sejarah terutama pada konsep mengenai simbol, sistem
 kepercayaan, folklore, tradisi besar, tradisi kecil, enkulturasi, inkulturasi, primitif, dan agraris.

METODE ILMIAH DARI ANTROPOLOGI
Metode ilmiah dari antropologi adalah Semua cara yang dapat digunakan untuk mencapai
 suatu kesatuan pengatahuan. Kesatuan pengetahuan itu dapat dicapai melalui tiga tingkat,
 yaitu pengumpulan fakta, penemuan ciri-ciri umum dan sistem, serta verivikasi.

1. metode ilmiah dan pengumpulan fakta
untuk antropologi-budaya, tingkat ini adalah pengumpulan fakta mengenai kejadian dan gejala masyarakat dan kebudayaan untuk pengolahan secara ilmiah. dalam kenyataan, aktivitas pengumpulan fakta disini terdiri dari berbagai metode mengobservasi, mencatat, mengolah, dan mendeskripsikan fakta-fakta yang terjadi dalam masyarakat yang hidup.
pada umumnya, metode metode pengumpulan fakta dalam ilmu pengetahuan dapat digolongkan ke dalam tiga golongan dan masing masing mempunyai perbedaan pokok, yaitu :
a. penelitian di lapangan (field work)
peneliti harus menunggu terjadinya gejala yang menjadi objek observasinya itu. peneliti harus masuk ke dalam objeknya, harus memperhatikan hubungan antara objek dan dirinya sendiri.
b. penelitian di laboratorium
gejala yang akan menjadi objek observasi dapat dibuat dan sengaja diadakan oleh peneliti. peneliti berada tetap di luar objeknya, tidak ada hubungan dengan objek yang ditelitinya.
c penelitian dalam perpustakaan
gejala yang akan menjadi objek penelitian harus dicari dari beratus ratus ribu buku yang beraneka ragam. peneliti berada tetap di luar objeknya, tidak ada hubungan dengan objek yang ditelitinya.

untuk itu antropologi-budaya penelitian lapangan merupakan cara yang terpenting untuk mengumpulkan fakta-faktanya : selain itu penelitan diperpustakaan juga penting. sedangkan metode metode penelitian di laboratium (yang merupakan metode pengumpulan fakta yang utama dalam ilmu ilmu alam dan teknologi), hampir tidak berarti.

dalam penelitian di lapangan, peneliti datang sendiri dan bergabung dalam suatu masyarakat untuk mendapatkan keterangan tentang gejala kehidupan dalam masyarakat, dan menggunakan metode metode pengumpulan fakta yang bersifat kualitatif terutama metode wawancara dan catatan hasil (field note).
field note kemudian harus diolah menjadi suatu karangan deskripsi. hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat abstraksi dari bahan yang ada dalam bentuk pernyataan pernyataan.

seluruh metode yang digunakan, mulai dari metode pengumpulan bahan konkret tentang suatu masyarakat yang hidup, sampai pada metode untuk mengolah bahan jadi menjadi karangan yang dapat dibaca orang lain, merupakan bidang deskriptif dari ilmu antropologi yang disebut etnografi.

2. penentuan ciri ciri umum dan sistem
hal ini adalah tingkat dalam cara berpikir ilmiah yang bertujuan untuk menentukan ciri ciri umum dan sistem dalam himpunan fakta yang dikumpulkan dalam suatu penelitian. proses berpikir di sini berjalan secara induktif ; dari pengetahuan tentang peristiwa dan fakta fakta khusus ke konkret, ke arah konsep konsep mengenai ciri ciri umum yang lebih abstrak.
ilmu antropologi yang bekerja dengan bahan berupa fakta berasal dari sebanyak mungkin macam masyarakat dan kebudayaan diseluruh dunia, untuk mencari ciri ciri umum diantara beragam fakta masyarakat tersebut digunakan berbagai metode perbandingan (komperatif). metode komperatif biasanya dimulai dengan metode klasifikasi. dalam menghadapi suatu objek penelitan yang beraneka ragam bentuknya, terlebih dahulu peneliti harus memperkecil jumlah keragaman tadi sehingga tersisa hanya beberapa perbedaan pokok.

3. verifikasi
metode untuk verifikasi atau pengujian terdiri dari cara menguji rumusan kaidah kaidah atau mempeerkuat pengertian yang telah dicapai, dilakukan dalam kenyataan kenyataan alam atau masyarakat yang masih hidup.

disini proses berfikir secara deduktif, yaitu dari perumusan perumusan umum kembali ke arah fakta fakta yang khusus. ilmu antropologi yang lebih banyak mempergunakan metode metode kualitatif. dengan menggunakan metode kualitatif, ilmu antrpologi mencoba memperkuat pengertian itu dalam kenyataan, yaitu pada beberapa bagian masyarakat yang khusus dan mendalam.
lawan dari meotde metode kualitatif adalah kuantitatif. pada metode kuantitiatif sering digunakan cara cara untuk mengolah fakta sosial dalam jumlah yang besar, dan metode itu disebut statistik. metode statistik dulu memang kurang dipergunakan dalam ilmu antropologi, sementara sekarang mulai menjadi suatu metode analisis yang sangat penting dalam ilmu ini.

ciri khas metode antrpologi
- pendekatan masalah secara holistik (mendekati kebudayaan sebagai satu kesatuan yang terintegrasi)
- pendekatan masalah secara mikro- cultural context (berfokus pada masalah kebudayaan)
- pendekatan masalah dengan metode komparatif (membandingkan keragaman kebudayaan untuk bisa menghasilkan hukum yang umum atau keteratuan keteraturan)

metode pendekatan antrpologi
cara pandang pendekatan EMIC dengan metode KUALILATIF , untuk:
- memahami kompleksitas, kedalam dan proses
- studi dalam situasi alamiah
- cara berpikir induktif
- perspektif holistik
- perspektif perkembangan, dinamis
- orientasi kasus yang unik
- cara memperoleh data ---> netral - emparatis
- ada fleksibilitas desain penelitian
- peneliti jadi instrumen kunci




Pert9_Kuliah Kreativitas bersama Ibu Serepina

 Manajemen dan Pemasaran event Event adalah Suatu kegiatan yang diselenggarakan untukmemperingati hal hal penting sepanjang hidup manusia ba...